Imunisasi Simultan Dong!

Sepasang suami istri, sebut saja keluarga Bapak Budi, sudah dijadwalkan untuk membawa bayi putrinya yang berusia 4 bulan, kembali ke dokter  di akhir bulan Februari 2018 ini. Berhubung sejak satu bulan yang lalu si Ibu sudah kembali bekerja, maka ibu merasa harus benar-benar mengatur jadwal bekerja dan jadwal kontrol ke DSA nya.

Ibupun mulai mencari informasi seputar imunisasi. Di buku paspor kesehatan anaknya, ibu menemukan Jadwal Rekomendasi Imunisasi IDAI tahun 2014 dan 2017 (lihat Gambar jadwal imunisasi IDAI 2014 dan 2017).

A. SIAP ILMU

Apa sih imunisasi itu?

Imunisasi adalah proses pemberian vaksin dengan tujuan agar kita menjadi kebal dan terlindungi dari suatu penyakit infeksi yang mematikan. Vaksin itu sendiri dibuat dengan susah payah selama puluhan tahun dalam rangka memastikan si vaksin benar-benar AMPUH (efektif) dan benar-benar AMAN. Dengan catatan, imunisasi nya diberikan TEPAT WAKTU.

Siapa yang butuh imunisasi?

Sama seperti banyak orangtua lainnya, keluarga Bapak Budi pun tadinya menganggap imunisasi hanya untuk bayi, balita dan sesekali di usia SD. Coba lihat gambar table imunisasi yang dikeluarkan oleh PAPDI dan CDC. Ternyata orang dewasa pun perlu imunisasi.

Kapan tidak boleh imunisasi?

Salah satu yang dikhawatirkan keluarga Budi adalah jika pada saat jadwal konsultasi untuk imunisasi ternyata bayinya tidak fit. Biasanya disuruh pulang dan kembali setelah sembuh. Sia-sia ambil ijin dari kantor. Tetapi di cdc.gov ada artikel perihal contraindication for immunization. Ternyata, batuk pilek, diare muntah ringan, tidak boleh jadi alasan untuk menunda imunisasi. Batuk pilek kan kondisi ringan; sedangkan vaksin dibuat untuk penyakit serius yang mematikan atau membuat cacat. Jadi? Imunisasi jalan terus!

Apa syarat keberhasilan imunisasi?

Keberhasilan imunisasi diukur berdasarkan kadar antibodi yang terbentuk serta berdasarkan terbentuknya sel memori (sel pengingat) yang sudah lolos penelitian sebelum suatu vaksin diijinkan dipakai masyarakat banyak.

Secara sederhana, beberapa faktor yang berperan pada keberhasilan imunisasi antara lain adalah:

  1. Penyimpanan yang memenuhi persyaratan cold storage vaksin (bisa dilihat di website nya WHO). Suhu lemari pendingin penyimpan vaksin tidak boleh lebih dari 6ºC.
  2. Cara pemberian vaksin.
  3. Kesesuaian dengan jadwal imunisasi yang direkomendasikan baik lokal maupun internasional. Alias TEPAT WAKTU SESUAI JADWAL RESMI (bukan jadwal yang dibuat oleh pribadi nakes atau faskes).

Apa sih bedanya Imunisasi kombo dan simultan?

Berkat kemajuan teknologi kedokteran, industri produsen vaksin pun menemukan cara mengkombinasi beberapa vaksin dalam satu kemasan. Disebut sebagai vaksin kombo (kombinasi). Saat ini, vaksin DPT umumnya dikombinasi dengan (difteri, pertussis, tetanus) dikombinasi dengan vaksin hepatitis B dan Haemophilus influenzae tipe B. Ada banyak vaksin kombo, baik produksi PT Biofarma maupun produk luar Indonesia.

Imunisasi simultan adalah imunisasi beberapa vaksin yang terpisah dalam beberapa injeksi dalam satu saat kunjungan ke dokter. Contoh: vaksin kombinasi DPT-HiB-HepatitisB + Polio + vaksin Rotavirus + vaksin PCV. Efektif dan efisien!

Ketika vaksin diberikan tidak simultan, maka selalu ada vaksin yang terlambat. Oleh karena itu:

B. SIAP MENTAL

Dalam kenyataannya, tidak sedikit orangtua yang tidak paham pentingnya imunisasi diberikan secara simultan. Atau, pemahamannya tidak mendalam karena hanya berdasarkan “ilmu dengar” alias ilmu “katanya”. Sehingga, ketika meminta imunisasi simultan, langsung goyah bahkan keok ketika dihadapkan pada pernyataan pernyataan yang intinya: “tidak bisa/Jangan simultan”. Oleh karena itu, di dalam prakteknya, banyak orangtua yang gagal mengupayakan imunisasi simultan.

Apa saja pernyataan-pernyataan yang sering dihadapi orangtua terkait permintaan imunisasi simultan?

Tidak jarang orangtua dihadapkan pada pernyataan sanggahan yang intinya, KASIHAN. Beberapa contoh: kasihan anak akan disuntik beberapa kali, nanti anak tidak kuat, karena diberi beberapa vaksin sekaligus, sistem imun anak akan terbebani, kalau demam tidak tahu vaksin mana yang menyebabkan demam, dan sebagainya dan sebagainya.

Semua pernyataan tersebut tidak berdasar ilmiah dan tidak akan menggoyahkan orangtua yang sudah siap ilmu. Salah satu bacaan yang harus dibaca adalah Misconception: Penyakit Sudah Punah.

Amankah imunisasi simultan bagi anak?

Mari kita tengok kembali sepasang suami istri di atas tadi. Setelah antri beberapa saat, akhirnya mereka dapat giliran konsultasi dengan dokter. Saat niat untuk imunisasi simultan diutarakan, dokter menolak. Salah satu alasan penolakan adalah imunisasi simultan akan membebani sistem imunitas. Benarkah demikian?

Kalau kita baca beberapa hal mengenai Mitos Seputar Imunisasi Simultan, maka bisa disimpulkan bahwa imunisasi simultan itu aman dan memberi banyak manfaat, antara lain:

1. Memberikan perlindungan sejak dini pada anak terhadap penyakit-penyakit tertentu yang berbahaya dan sangat mudah menular. Ketika imunisasi diberikan tidak berbarengan maka akan ada imunisasi yang terlambat alias tertunda. Padahal, setiap penundaan imunisasi dapat meningkatkan risiko terpapar penyakit yang berbahaya/berat.

2. Mengurangi frekuensi kunjungan ke dokter sehingga hemat waktu, hemat biaya (hanya satu kali biaya konsultasi), dan mengurangi trauma pada anak. Selain itu mengurangi risiko terpapar kuman penyakit yang ada di sekitar tempat praktek dokter/fasilitas kesehatan.

Apa yang bisa dilakukan agar sukses memperoleh imunisasi simultan?

1. Baca referensi tentang imunisasi simultan

Baca dan pahami seluk beluk imunisasi, khususnya tentang imunisasi simultan, dari berbagai situs internet terpercaya, seperti: CDC (Centers for Disease Control and Prevention), WHO (World Health Organization), dan sebagainya.

2.Ajukan niat imunisasi simultan dengan santun tetapi atas dasar ilmiah yang kuat sehingga beralasan kuat. Sampaikan keinginan Anda sebagai orang tua untuk memberikan perlindungan pada anak sedini mungkin, dan sesuai dengan jadwal imunisasi yang direkomendasikan. Ingat pepatah: Anda sopan, kami segan.

3.Siapkan mental jika ditolak walaupun orang tua sudah mengungkapkan niat imunisasi simultan, ada banyak alasan yang dipakai tenaga kesehatan untuk menolak seperti yang sudah dikemukakan di atas. Pastikan Anda dapat mengantisipasi pernyataan-pernyataan tersebut dengan meyakinkan namun tetap sopan. Namun demikian jangan berkecil hati bila ditolak, siapkan diri dan berikan senyuman.

4. Pindah ke fasilitas atau tenaga kesehatan yang lain.

Apabila setelah berdiskusi dengan dokter (atau tenaga kesehatan seperti bidan) dan masih belum ada kesepakatan untuk melakukan imunisasi simultan, maka orang tua berhak untuk membatalkan pelayanan imunisasi dan pindah ke fasilitas atau tenaga kesehatan lain.

Berkat persiapan dan ilmu yang matang, Pasangan Budi tidak perlu mencari tenaga kesehatan yang lain setelah berdiskusi dan berhasil imunisasi simultan. Pulang dengan senyum yang mengembang dan hati yang tentram, mereka lega karena telah memberikan hak kesehatan yang terbaik bagi anaknya yakni imunisasi tepat waktu secara simultan.(Syl)

Sumber:

* IDAI

*PAPDI

*CDC

Share artikel ini: