Mengenal Polio
Poliomyelitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Polio. Infeksinya dapat menyerang tulang belakang dan menyebabkan kelumpuhan. Salah satu komplikasinya adalah lumpuh layu, yaitu kelumpuhan atau kelemahan pada otot yang dapat terjadi pada ekstremitas, otot pernafasan dan lain-lain. Penyebaran virus polio sangat mudah, dan yang lebih sering terkena adalah anak-anak terutama balita.
Gejala
Gejala yang muncul biasanya adalah flu-like syndrome, yaitu:
-
Sakit tenggorokan
-
Demam
-
Letih
-
Mual
-
Sakit kepala
-
Nyeri perut
Pada sebagian kecil kasus, gejala yang timbul lebih berat dan dapat mengenai otak dan tulang belakang, yaitu:
-
Parestese (rasa kesemutan atau kebas pada kaki)
-
Meningitis (infeksi selaput tulang belakang dan/ atau selaput otak)
-
Parese (kelemahan ekstremitas) / Paralisis (kelumpuhan ekstremitas)
Bahaya dari Polio
Komplikasi dari polio adalah kelemahan otot dan juga kelumpuhan otot. Berat nya penyakit tergantung dari lokasi otot yang terkena, apabila terjadi pada ekstremitas akan menyebabkan kecacatan karena tidak pernah digunakan. Sedangkan yang paling berat adalah apabila terjadi pada otot pernafasan, karena akan menyebabkan kegagalan nafas yang dapat berujung kematian.
Vaksinasi untuk Polio
- OPV (Oral Polio Vaccine)
Berisi : virus polio yang dilemahkan
Jenis : – monovalent OPV (mengandung 1 strain virus polio)
- bivalent OPV (mengandung 2 strain virus polio)
- trivalent OPV (mengandung 3 strain virus polio)
Pemberian : tetes di mulut
Diberikan pada : saat lahir, usia 2 bulan, usia 3 bulan, usia 4 bulan
Booster : usia 18 bulan
Efek samping : kadang terdapat diare
- IPV (Inactivated Polio Vaccine)
Berisi : virus Virus polio inaktif yang sudah mati
Pemberian : secara suntikan / injeksi
Diberikan pada : saat lahir, usia 2 bulan, usia 3 bulan, usia 4 bulan
Booster : usia 18 bulan
Efek samping : – nyeri otot, nyeri lokal atau bengkak pada lokasi penyuntikan
- demam ringan
Pilih vaksin yang mana? IPV atau OPV? Apa bedanya?
Sejak tahun 2016, vaksin jenis trivalent OPV sudah tidak lagi digunakan. Karena ternyata meningkatkan risiko terjadinya Vaccine-derived Polio. Sehingga yang beredar adalah vaksin bivalent OPV (mengandung strain tipe 1 dan 3), dan sampai saat ini masih digunakan sebagai vaksin wajib di Indonesia.
Pemilihan vaksin wajib sesuai jadwal yang disarankan di masing-masing negara memang berbeda. WHO sendiri masih menyarankan pemberian vaksin OPV terutama untuk negara yang belum bebas polio, atau pada negara yang baru ada outbreak / kejadian polio. IPV memang vaksin yang lebih baru dan mengandung ke 3 strain virus polio, namun WHO memperkenalkan IPV bukan sebagai pengganti OPV. Pada negara yang masih menggunakan OPV, dianjurkan pemberian IPV sebagai tambahan dengan tujuan melindungi dari strain virus ke 2 (yang tidak terdapat pada bivalent OPV). IPV diberikan minimal 1x dosis pemberian, dan biasanya diberikan bersamaan dengan dosis ke 4 OPV yaitu pada usia 4 bulan.
Kesimpulan
Apakah kita perlu memberikan vaksinasi untuk polio? Tentu saja. Dengan efek samping yang relatif ringan dan jarang muncul, pemberian vaksin dapat mencegah terjadinya polio dan mencegah komplikasi dari polio yaitu kelemahan otot, lumpuh layu, kegagalan nafas bahkan kematian. Saat ini yang rutin diberikan di Indonesia adalah OPV, namun dianjurkan pemberian IPV minimal 1x dosis sebagai tambahan. Perlu diketahui bahwa pemberian vaksin polio dengan cakupan yang tinggi dapat mengurangi angka terjadinya Vaccine-derived Polio. (Adit)
Sumber:
https://www.who.int/immunization/diseases/poliomyelitis/en/
https://www.who.int/features/qa/64/en/
https://www.who.int/csr/don/24-october-2019-polio-the-philippines/en/