Kriteria diagnosis:

  1. Kejadian penolakan makan muncul tiba-tiba dan gejalanya cukup berat.
  2. Tidak ada usia khsusus, dapat muncul pada usia berapa saja.
  3. Kejadian ini diawali dengan adanya trauma pada saluran cerna terutama kerongkongan seperti peristiwa tersedak, anak sakit dengan muntah hebat, pemasangan selang nasogastrik, penyedotan lendir / suction, atau pasca pemaksaan makan yang traumatik.
  4. Penolakan makanan pada umumnya tidak berkaitan dengan makanan tetapi dengan cara memberi makan seperti:
    1. Menolak minum dari botol tetapi mau minum dari sendok.
    2. Menolak minum saat bangun, tetapi saat mengantuk dan menjelang tidur anak mau minum dari botol susu.
    3. Menolak makanan padat, namun jika dihaluskan anak mau makan.
    4. Anak tampak stress saat berada pada posisi makan seperti:
      1. Mengamuk saat ingin didudukkan di kursi makan
      2. Menolak saat melihat botol atau makanan
      3. Melepeh saat disuapi.
      4. Jika penolakan makan terjadi dalam waktu yang lama, maka dapat terjadi gangguan pertumbuhan.

Terapi:

  1. Atasi penyakit penyebab (obati jika terdapat kelainan GERD, atau penyakit lain yang menyebabkan anak muntah).
  2. Jika anak trauma terhadap botol susu, dapat diberikan saat ia mengantuk dan diperkenalkan perlahan saat ia terbangun.
  3. Buatlah suasana makan menjadi menyenangkan misalnya sambil bernyanyi atau bermain (ini adalah kondisi satu-satunya yang diperkenankan bermain saat makan).
  4. Tingkatkan kepadatan makanan secara bertahap.
  5. Seringkali anak perlu dikonsulkan ke psikiater terutama anak-anak yang telah mengalami trauma medis yang berat seperti menjalani intubasi atau pemasangan alat-alat medis lainnya pada saluran cerna.

Sumber:

Posttraumatic feeding disorder. Diagnosis and treatment of feeding disorders in infants, toddlers, and young children. Irene Chatoor. National center for infants, toddlers, and families. Washington DC. 2009

Share artikel ini: