Jakarta, 31 Maret 2005
Jam 00.45

Teriring doa dan kasih untuk saudara-saudara kita di Kepulauan Nias

Sejak kecil, telah tertanam kebanggaan akan negara ini. Indonesiaku yang gemah ripah loh jinawi (entah apa itu artinya kini buat saya… maaf). Negara agraris yang subur (tetapi importir beras terbesar), negara dengan hutan tropis (tetapi hutan gundulnya 3.8 juta hektar), negara maritim dengan ratusan pulau dan dengan nenek moyang pelaut yang melanglang buana dengan kapal pinisi (tetapi tidak mampu menjaga kesejahteraan anak bangsa di pulau-pulau nan jauh dari hiruk pikuk Jawa dan Sumatera).

Begitu menjadi dokter, berbagai tawaran saya tolak halus karena saya ingin bekerja berdampingan dengan hutan tropis di Kalimantan. Suatu keputusan yang membingungkan buat keluarga besar saya (yang sepertinya jauh lebih realistis ketimbang saya …).

Sengaja saya duduk di sisi jendela pesawat Casa membawa kopor dan seberkas tebal administratif dari DepKes (yang belum beres tetapi saya tinggal saking lamanya dan bertele-tele). Sebelum mendarat di Kalimantan Timur… saya layangkan mata sejauh bisa memandang. Tuhan… Mana hutanku? Mana Hutanku?? Bisu… hening membingungkan hanya lambaian ilalang di padang gersang tertimpa terik matahari.

Sabar… sabar… kita lihat nanti dalam perjalanan darat ke pedalaman 350 km. Sukacitanya saya setiap kali melihat batang pohon kokoh dan rimbun … tetapi bukan sukacita mendalam karena proporsinya yang amat kecil ketimbang padang ilalang. Dan… Sesampainya di “lokasi”, kelangkaan air sangat menyentak anak Jakarta yang naif ini.
Dan… Bila kemarau tiba… kesedihan bertambah akibat asap, asap, dan asap… padang ilalang silih berganti terbakar. Menteri Pemuda mau datang… wahhh mesti ada kegiatan kabupaten ini… bak kisah Aladin atau kisah Tangkuban Perahu dalam seminggu berdirilah suatu DESA
PEMUDA… di atas suatu bukit terpencil. Ditanami beberapa tanaman palawija, tanaman penghias, tetapi yang paling berkesan … pohon cabe kurus dengan buahnya sebesar kelingking kurus… Pusing kepala… benar-benar proyek ABS (asal Bapak Senang -red) yang mahal dan menyepelekan hati nurani rakyat

Kerja sosial ke desa transmigrasi… Saya pulang dengan hati sesak… tanah tandus tak ada air… petani jawa di “paksa” bedol deso tetapi tak bisa bercocok tanam. Si ayah pun pergi mbecak di ibukota propinsi… tinggal ibu-ibu anemia meneteki anak-anak buncit berambut “pirang” karena kurang gizi. Kudis, kurap, diare, santapan sehari-hari.

Angka abortus dengan dukun paraji… sangat mencolok… bagaimana lagi kalau anak sudah 5 tetapi suami tidak/belum membolehkan sang istri berKB (Keluarga Berencana -red) karena… kegiatan edukatif informatif tidak ada. Cara aborsinya? Ranting pohon para (karet) dimasukkan ke vagina dicucuk-cucuk, sukur-sukur bisa masuk ke rahim. Seminggu kemudian ibu datang toksik, pucat, demam tinggi dengan nanah berbau busuk mengalir dari vagina… Mau marah, mau nangis tapi sama siapa???

BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional -red)? sibuk menulis angka akseptor baru padahal akseptor kondom dan pantang berkala .. IUD (intrauterine device, alat kontrasepsi -red)? Cuma 3 akseptor se kabupaten itupun pendatang dari Jawa. Mulailah serangkaian kegiatan ceramah KB yang ditujukan untuk?? BAPAK-BAPAK… alhamdulillaah… bertambah satu persatu. Meski obat KB suntik selalu habis karena ternyata dijual Rp. 5000,- di pasar mingguan (pasar kan hanya sekali seminggu). Diam-diam meski BKKBN unhappy, saya tetap mencatat angka drop out bukan sekedar akseptor baru.

Ambil spesialisasi… masalah lingkungan terlupakan meski hari-hari terus bergulat dengan penderitaan manusia… [penderitaan dalam bentuk sesungguhnya (kalau kita miskin… lalu sakit parah… nahhh kiamattt!!!).
Ahhh… dapat beasiswa short course di King’s College… EAGER!!! EXCITED!! … KAYAK APA LAYANAN KESEHATAN ANAK DI SANA? Maafffff lain kali aja… ibarat bercerita dua belahan dunia yang bertolak belakang.

Pulang ke Indo… Dapat beasiswa di Groeningen… untuk PhD bile acid transport (wahhh kalau diambil… jadi pakar langka saya… travelling terus “jual ilmu” dan gak kenal milis sehat hehehe)… tapi… kerja dulu deh di Purwakarta … RS Bayu Asih saya pilih untuk bekerja sebagai DSA (Dokter Spesialis Anak -red). Kan sudah 5 tahun lebih di Kalimantan… saya agak trauma. Kalau Jabar (Jawa barat -red)kan dibuat ketika Tuhan sedang tersenyum (begitu kata alm. MA Brouwer)… Purwakarta kan antara Bandung dan jakarta… saya membayangkan akan menghadapi kehijauan dan keteduhan, serta KEMAKMURAN penduduknya.

Naif sekali tidak juga belajar dari pengalaman? … Keseharian diisi anak kurang gizi, TBC, gastroenteritis, meningitis, dst dst. Tuhan… kapan
saya berhenti melihat penderitaan di bumi Indonesiaku ini? Setiap pagi, duduk berderet dengan patuh perempuan-perempuan muda yang tampak jauh lebih tua dari usianya (beda benar dengan perempuan Jakarta yang sibuk buat appointment di klinik perawatan kulit, antiaging dll) ahhh… Perempuan muda menggandeng si kakak batita yang ingusan kurus dan merengek minta jajan pasar sedang si adek 10 bulan sibuk ngempeng payudara kempot… Si kakak… TBC karena tidak pernah imunisasi (dan sepertinya ibu bapaknya juga TBC)… Obat TBC pemerintah sering kehabisan… beli gak sanggup… di lain sisi… menjelaskan cara pemberian obat sungguh menyedihkan karena perempuan-perempuan itu kebanyakan buta aksara…

Mana kemakmuran tanah Jawa Barat? Sawah pantura (pantai utara -red) diubah jadi padang golf dan area industri (luarr biasa “bijaknya” kita ini ya)… lumbung padi Jawa diporakporandakan. Jatiluhur kembang kempis dikelilingi tanah gersang. Satu tahun pun berlalu… kembali ke Jakarta… gak jadi ke Groeningen… kelamaan kata kepala bagian … jangan ambil PhD dulu… kerja aja dulu.
Iseng-iseng .. ikut AusAid, hehehe… ternyata 99% bukan dokter artinya … kebanyakan dokter kalau sekolah ya non degree .. karena lama (gak bisa praktek kan). Kedua… saringannya itu lhooo ampuun… Berangkat dan… happyyyyyyy … kok bisa? Gak nasionalis ya!!
Bagaimana tidak? Ketika mampu memberikan yang terbaik tanpa mesti mikir pasiennya punya duit atau nggak… tanpa mesti putar otak… Baru 3 hari yang lalu dah keluar 225 ribu rupiah nyumbang bayar lab dan CT scan… masak hari ini mesti rogoh saku lagi… tapi kalau gak dibantu … mana mungkin bisa ditangani dengan baik. Di sana… semua asuransi dan semua memperoleh layanan terbaik.
Ketika akan kembali… pesta perpisahan… saya ditanya .. What will you miss most once you leave us behind? I will miss 2 things. First the beauty of your health care system (Meski semua negara maju memiliki sistem asuransi yang saya dambakan … ada satu yg membedakan Australia dari negara maju lainnya … Australia satu-satunya negara di dunia dimana harga obat diatur pemerintah… jadi bukan hanya jenis obat yang ditentukan tetapi harganya juga). The second thing that I will miss is … parks, gardens, trees, tropical forest in east Australia.

Pulang… suami ditempatkan di Sumut… Wahhh asyiiik nih… ada danau Toba… ternyata… gersang karena pepohonan habis ditebang oleh pabrik pulp dan korek api serta sumpit … gilaaaa. Jakarta semakin padat dan polluted … coba simak olimpiade fisika yg baru lalu. Pemenangnya dari Papua, Kediri, Madiun … kok bukan dari Jakarta, Surabaya atau Bandung? Kenapa????? Kan di kota-kota metropolitan
ini banyak SEKOLAH PLUS … sekolah MEGA MAHAL bilingual….. Kok anak-anak dari kota kecil? Kota kecil yang tidak polluted?! … Sadarkah kita bahwasanya pembakaran premium dan premix 100% menyumbang timbal ke udara negara tercinta ini. Sekolah SD PLUS di Bandung misalnya… ketika murid-muridnya diperiksa darah… ternyata kadar timbalnya tinggi … Aduuh timbal kan berdampak negatif terhadap intelegensia …saya bodoh juga gara-gara timbal?

Batam… asyiiik bakal lihat kampung tradisional dan pepohonan… ternyata pembangunan diidentikkan dengan penebangan pohon gila-gilaan. Luar Biasa!!!! Sediihnyaaaa… Terik membakar. Padahal tidak jauh di sana Singapura hijau dan hujan… Saya berdoa… semoga anak muda Batam (dipimpin Liza dan suami dan panitia Pesat 3Batam lainnya? hehehehe) berinisiatif membuat gerakan menanam sejuta atau seribu atau sepuluh pohon… di taman di pinggiran got dimana saja… semoga bisa membuat appeal ke pimpinan badan otorita agar gerakan
ini di-support.

Gerakan yang berawal dari komunitas biasanya lebih efektif… dengan syarat… kaum muda memang mesti meningkatkan kesadaran akan lingkungannya… kesadaran akan PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Semoga Batam, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan seluruh Indonesia … kembali hijau. Sirna banjir, sawah menguning dan Ibu Pertiwi pun tersenyum dalam tidurnya.

Ajari anak-anak mencintai lingkungan sejak dini. Mulai di rumah. Pisahkan sampah organik dengan non organik.  Yang punya pekarangan… tanami pohon… kalau tidak, (tanam di) pot… dan buat gerakan RT menanam pohon!!…perhatikan drainase .. pasti DB (Demam Berdarah -red) pun “takut” menyerang…

Ahhhh maaf… panjang ya… kalau bisa dan boleh di-delete. Tadi kok ya pas … di CNN …. The threat of Global warming.

Selamat pagi …mau tidur mimpi indah di tepian sawah atau di jalan setapak hutan belantara.

Love
Wati

 

Share artikel ini: