Breastfeeding – A Vital Emergency Response
Are you Ready?
Tujuan dari WBW 2009
- Menguatkan peran penting dari menyusui pada respon saat bencana di seluruh dunia.
- Mendukung perlindungan secara aktif dan mendukung proses menyusui sebelum dan selama keadaan bencana.
- Memberikan informasi kepada ibu-ibu, pendukung proses menyusui, komunitas, tenaga kesehatan profesional, pemerintah, lembaga donor dan media bagaimana mereka dapat secara aktif mendukung proses menyusui sebelum dan selama keadaan bencana.
- Menggalang kegiatan dan jejaring serta kerja sama antara mereka yang memilki kemampuan dalam manajemen laktasi dan mereka yang terlibat dalam penanganan bencana
Pemberian nutrisi pada bayi dan anak kecil pada bencana (Infant And Young Child Feeding In Emergencies – IFE)
Keadaan bencana adalah keadaan yang luar biasa dan sangat berat yang secara cepat menempatkan kesehatan dan keselamatan masyarakat dalam risiko. IFE terpusat pada perlindungan dan dukungan untuk pemberian nutrisi yang sesuai dan aman bagi bayi dan anak kecil dalam keadaan bencana. Ditujukan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dan respon yang sesuai dan tepat saat terjadi bencana untuk mengawal keselamatan, kesehatan, tumbuh dan kembang bayi dan anak kecil.
Mengapa menyusui adalah penyelamat dalam keadaan bencana?
Tidak seorang pun yang “kebal” terhadap bencana. Bencana dapat terjadi di setiap daerah di dunia ini. Apapun bencana yang terjadi, dari gempa bumi sampai konflik, dari banjir sampai pandemi influenza, cerita yang ada tetap sama : proses menyusui menyelamatkan jiwa.
Dalam keadaan bencana, bayi dan anak kecil sangat rentan terhadap gangguan gizi, penyakit dan kematian. Beberapa fakta dari pengalaman dalam bencana :
- Angka kematian bayi di bawah satu tahun dalam keadaan bencana yang dipublikasikan berkisar antara 12% sampai 53%.
- Pada program terapi nutrisi di Niger tahun 2005, 95% dari 43.529 kasus kekurangan gizi yang dirawat adalah anak kurang dari dua tahun.
- Pada program terapi nutrisi di Afganistan, angka kematian 17,2% pada bayi di bawah 6 bulan yang mengikuti terapi nutrisi.
- Selama tiga bulan pertama konflik di Guinea-Bissau tahun 1998, angka kematian usia 9-20 bulan pada bayi dan anak yang tidak mendapat ASI 6x lebih tinggi dibandingkan bayi dan anak dari usia yang sama yang mendapat ASI
Bahkan pada keadaan normal, pemberian nutrisi yang optimal pada bayi dapat memberikan perbedaan antara hidup dan mati. Keuntungan yang didapat berlaku secara umum, dengan manfaat terbesar diperoleh di daerah yang paling rentan :
- Praktek menyusui yang tidak optimal bertanggungjawab terhadap 1,4 juta kematian bayi di bawah lima tahun pada negara berpenghasilan rendah di dunia. Untuk anak-anak ini, dukungan terhadap menyusui berada pada puncak dari upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelematkan jiwa : 13% kematian di bawah 5 tahun dapat diselamatkan melalui ASI eksklusif yang kemudian dilanjutkan sampai usia satu tahun.
- Satu per lima kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan Inisiasi Menyusu Dini ASI eksklusif (Menyusui dalam satu jam pertama kehidupan)
Dapatkah anda bayangkan perbedaan yang dapat dihasilkan dengan proses menyusui yang optimal pada keadaan bencana? Contoh pada keadaan paling rentan, bayi baru lahir dengan kondisi sanitasi yang buruk, dengan air yang kotor, kelangkaan makanan dan ketiadaan tempat berlindung. Kondisi cuaca yang tidak bersahabat, kurangnya tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dan kelahiran prematur meningkatkan risiko pada bayi. Kontak kulit-dengan-kulit segera setelah lahir dan Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama menurunkan kematian dengan memberi nutrisi dan melindungi bayi secara aktif dan membantu menstabilkan suhu tubuh bayi. IMD juga mengurangi risiko perdarahan pasca persalinan pada ibu. Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab tertinggi kematian ibu di dunia.
Menyusui adalah pelindung bayi pada keadaan bencana
ASI adalah sumber nutrisi yang paling aman dan terpercaya untuk bayi, selalu tersedia, memberikan perlindungan secara aktif terhadap penyakit dan menjaga bayi tetap hangat dan dekat dengan ibunya. Melindungi, mempromosikan dan mendukung IMD dan ASI eksklusif selama 6 bulan diikuti dengan melanjutkan menyusui sampai 2 tahun atau lebih dengan pengenalan makanan pendamping (MPASI) yang sesuai dan aman akan memberikan perlindungan yang optimal dalam keadaan yang berisiko ini.
Tiga dokumen penting internasional yang mengarahkan kebijakan pemberian nutrisi pada bayi dalam keadaan bencana
The Global Strategy For Infant and Young Child Feeding, 2003
Bayi dan anak adalah korban yang paling rentan dalam becana alam atau bencana akibat manusia. Penghentian dalam proses menyusui dan makanan pendamping yang tidak tepat meningkatkan risiko gangguan nutrisi, penyakit dan kematian. Pembagian produk pengganti ASI yang tidak terkontrol, contoh pada pengungsian, dapat mengakibatkan peghentian proses menyusui yang lebih cepat dan tidak sesuai. Pada sebagian besar bayi, penekanan sebaiknya pada perlindungan, promosi dan dukungan proses menyusui dan memastikan pemberian makanan pendamping yang tepat waktu, aman dan sesuai.
International Code of Marketing of Breastmilk Substitutes
Diangkat oleh World Health Assembly (WHA) tahun 1981, dan semua resolusi WHA (dikenal sebagai Kode Etik) bertujuan untuk melindungi ibu/perawat bayi baik yang menyusui atau tidak menyusui dari pengaruh komersial dalam menentukan pilihan nutrisi terhadap bayi mereka. Semua yang disediakan dalam Kode Etik berlaku dalam keadaan bencana. Resolusi 47.5 (1994) secara khusus menekankan isu sumbangan/donasi produk pengganti ASI, botol, empeng pada keadaan bencana.
The Operational Guidance on Infant and Young Child Feeding in Emergencies (v2.1, Feb 2007)
Menyediakan panduan kebijakan untuk respon dan kesiapsiagaan dalam bencana. The Operational Guidance on IFE merefleksikan WHO Guidine Principles for feeding infants and young children during emergencies dan terintegrasi dan dibangun berdasarkan Kode Etik untuk merespon tantangan dari keadaan bencana terhadap pelaksanaan Kode Etik.
Tantangan dalam melindungi dan mendukung proses menyusui dalam keadaan bencana
Kita mengetahui mengapa menyusui sangat penting dalam keadaan bencana dan kita memiliki panduan kebijakan untuk mengarahkan. Tetapi tantangannya adalah untuk “mewujudkannya” , memastikan untuk melindungi dan mendukung proses menyusui dalam keadaan bencana secara aktual.
Akibat dari keadaan bencana pada anak dipengaruhi oleh praktek pemberian nutrisi yang ada, kesehatan dan status nutrisi ibu dan anak, kesediaan sumber-sumber dan respon bantuan. Tantangan operasional untuk mewujudkan pemberian nutrisi yang aman dan tepat bagi bayi dalam keadaan bencana dan melaksanakan kebijakan dalam praktik termasuk miskonsepsi, risiko makanan buatan dan donasi.
Pemberian Nutrisi Buatan Non-ASI (artificial feeding) – risiko tinggi untuk semua bayi
Risiko nutrisi non-ASI dan kerentanan bayi terinfeksi HIV terlihat di Botswana tahun 2005/06. Nutrisi pengganti dengan susu formula ditawarkan kepada semua ibu terinfeksi HIV sebagai bagian dari program nasional untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Banjir menyebabkan kontaminasi sumber air dan kejadian luar biasa diare dan kekurangan nutrisi pada anak kecil. Angka kematian di bawah 5 tahun secara nasional meningkat 18% dari tahun sebelumnya. Bayi yang tidak menyusui 50 kali lebih mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit daripada bayi yang menyusui dan lebih mungkin untuk meninggal. Penggunaan susu formula kepada 15% perempuan tanpa infeksi HIV memaparkan bayi mereka,yang seharusnya menyusui, kepada risiko yang seharusnya tidak perlu.
Bayi dengan pemberian nutrisi non-ASI memerlukan dukungan khusus dan pemantauan ketat. Pada keadaan dimana pemberian nutrisi buatan dilakukan, maka dukungan terhadap proses menyusui diperlukan untuk melindungi bayi ASI.
Miskonsepsi yang biasa mempengaruhi proses menyusui dalam keadaan Bencana
Mitos : ibu kurang gizi tidak dapat menyusui
Fakta : ibu kurang gizi dapat menyusui. Kekurangan gizi sedang, sedikit saja atau tidak mempengaruhi produksi ASI. Faktanya ibu akan terus menghasilkan ASI. Makanan dan cairan tambahan diperlukan untuk mengganti cadangan dari ibu dan tambahan mikronutrien juga dibutuhkan. Ibu juga membutuhkan dorongan dan dukungan untuk menyusui lebih sering.
Solusi : beri nutrisi, bimbing dan dukung ibu dan biarkan ibu menyusui bayinya.
Mitos : stres mencegah ibu menghasilkan ASI
Fakta : Stres tidak mencegah produksi ASI tetapi dapat menggangu alirannya sementara waktu. Ibu yang menyusui memiliki kadar hormon stres yang lebih rendah daripada ibu yang tidak menyusui.
Solusi : ciptakan kondisi untuk ibu yang mengurangi stres, dengan membuat daerah yang terlindungi, tenda bagi ibu dan bayi, penguatan dari ibu-ibu lainnya, menjaga ibu dan bayi tetap bersama, dengarkan kebutuhan ibu dan memastikan bayi tetap mengisap sehingga ASI tetap diproduksi.
Mitos : sekali ibu berhenti menyusui maka ia tidak dapat menyusui kembali
Fakta : seorang ibu dapat memulai kembali proses menyusui (relaktasi), tidak ada batasan waktu. Pada beberapa keadaan seorang nenek dapat kembali menyusui cucunya.
Solusi : Berikan dukungan menyusui dan relaktasi
Mitos : saat seorang perempuan mengalami pemerkosaan maka ia tidak dapat menyusui
Fakta : kekerasan yang dialami tidak akan mempengaruhi ASI atau kemampuan menyusui
Solusi : semua perempuan yang mengalami trauma memerlukan perhatian dan dukungan khusus. Mungkin terdapat upaya tradisional/ setempat untuk mengembalikan kesiapan seorang perempuan untuk siap menyusui setelah trauma seksual. Menyusui kadangkala dapat membantu perempuan untuk pulih setelah trauma seksual tetapi prioritas utama tetap menghargai dan mendukung keputusan dan kebutuhan mereka.
Mitos : Perempuan dengan HIV positif sebaiknya tidak boleh menyusui
Fakta : ASI eksklusif selama 6 bulan merupakan pilihan teraman dan memberikan peluang terbaik bagi keselamatan anak bebas HIV, kecuali nutrisi pengganti secara total menggantikan ASI memenuhi kriteria : acceptable, feasible, affordable, sustainable and safe (AFASS). Setelah 6 bulan, jika nutrisi pengganti tidak memenuhi AFASS maka ASI dan makanan pendamping yang adekuat tetap pilihan yang aman. Risiko penularan capat diturunkan dengan ibu dan atau bayi menerima obat ARV.
Pencampuran nutrisi dalam 6 bulan pertama (ASI dan formula dan atau MPASI dini) adalah cara pemberian nutrisi yang paling berisiko, karena meningkatkan risiko penularan HIV dan infeksi karena sebab yang lain seperti diare.
Saat status HIV ibu tidak diketahui maka direkomendasikan pemberian nutrisi sama seperti umumnya
Solusi : untuk panduan pemberian nutrisi pada HIV dan bayi saat bencana bisa dilihat di www.ennonline.net dan atau www.waba.org.my
Donasi / sumbangan : memberikan bahaya daripada manfaat!
Selama masa penanggulangan gempa bumi di Indonesia tahun 2006, distribusi sumbangan susu formula untuk anak di bawah 2 tahun menyebabkan peningkatan penggunaannya diantara bayi ASI. Prevalensi diare meningkat pada yang menerima sumbangan susu formula (25%) dibandingkan yang tidak menerima sumbangan susu formula (12%).
Industri makanan bayi dapat melihat bencana sebagai peluang untuk masuk atau memperkuat pasar atau hubungan masyarakat. Individu dan LSM yang tidak peka dapat menyumbangkan susu formula, dan produk pengganti ASI lainnya atas dasar untuk menolong. Lembaga donor dapat menerima dan mendistribusikan tanpa kesadaran akan peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan bayi dan anak.
Banyak pelanggaran Kode etik berhubungan dengan sumbangan produk pengganti ASI dan alat makan/minum bayi yang tercatat selama bencana. Hal ini dilakukan oleh LSM nasional, internasional, pemerintah, milter dan individu.
Panduan Operasional IFE menyatakan bahwa sumbangan atau subsidi terhadap produk pengganti ASI, dot, empeng sebaiknya tidak dicari atau diterima dalam keadaan bencana. –Panduan Operasional IFE v2.1, Feb.2007
Apa yang dapat anda lakukan? Apakah anda siap?
Kenali bahwa anda memiliki peran, pikirkan bagaimana anda dapat bertindak, siapkan diri anda dan lakukan. Dimanapun anda berada, pastikan cerita seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi….
“A mother had been stuck on a rooftop with many family members and her two week old baby who was bottle fed. They had no access to safe water for five days. Her baby was immediately hospitalised when they arrived in Austin, but she died several days later. The nutritionist of a relief organisation supplying food aid asked the mother if there was anything else she could help her with. The mother asked for help drying up her breastmilk as her breasts were still sore. The nutritionist asked the mother why she hadn’t breastfed her baby while she was stuck on the rooftop. But
the mother had felt quite unable to do this. What amazes me is that no one with the mother in New
Orleans knew to have the mother put her baby to her breast. So many generations had not considered breastfeeding as a way to feed babies that the memory was lost. The baby was lost, also.”
– Experience of a peer counsellor, Hurricane Katrina, USA, 2005
Kesiapsiagaan terhadap bencana adalah kunci untuk tindakan yang cepat dan sesuai. Pembentukan kebijakan yang melindungi, kuat terhadap Kode Etik, peningkatan kemampuan staf dan penguatan Inisiatif Sayang Bayi penting dilakukan di setiap waktu tidak hanya di saat bencana.
Advokasi dengan pembuat kebijakan dan para pemimpin untuk membuat dukungan nutrisi yang efektif bagi bayi sebagai bagian dari layanan kesehatan normal dan kesiapsiagaan bencana.
Membuat rencana untuk mencegah donasi produk pengganti ASI, dot dan empeng dan memiliki rencana tindakan untuk menghadapi sumbangan yang datang selama bencana. Jaringan dan kerja sama lintas sektoral.
Persipan yag paling baik untuk seorang ibu menghadapi bencana adalah proses menyusui yang terbangun kuat. Ibu yang melakukan menyusui dan percaya akan kemampuannya menyusui bayinya akan siap untuk melakukan hal tersebut dan membantu ibu-ibu lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Saat bencana datang, tindakan sederhana dapat membuat perbedaan bagi ibu yang mengalaminya. Pastikan ibu tetap aman, memiliki prioritas untuk mendapat makanan untuk keluarga, air, tempat berteduh dan tempat yang aman untuk menyusui (dengan privasi).
Dengarkan kebutuhan perempuan dan komunitas; mereka umumnya mengetahui cara terbaik untuk membentuk lingkungan yang mendukung untuk mereka sendiri dan keluarga mereka. Kelompok dukungan ibu dapat melakukan peran penting.
Waspada untuk rencana dan laporan akan donasi susu formula, produk susu, produk pengganti ASI lainnya , dot/empeng. Pantau dan laporkan pelanggaran Kode Etik dalam bencana sebagai langkah untuk melindungi proses menyusui.
Proaktif
Komunikasi dengan media untuk meningkatkan proses menyusui bukan untuk melemahkan.
Berikan pengetahuan anda untuk meningkatkan pemberian nutrisi yang optimal pada keadaan bencana di tempat anda, bagikan pengalaman dan bahan-bahan pendukung.
Konselor laktasi yang terlatih dapat menawarkan bantuan dalam proses menyusui selama keadaan bencana. Konselor laktasi dapat membutuhkan tambahan pelatihan yang berhubungan dengan keadaan bencana seperti bagaimana menolong ibu yang mengalami trauma, bayi/ibu yang kekurangan gizi, ibu yang membutuhkan bantua relaktasi, perempuan yang membutuhkan dukungan untuk memberikan donor ASI.
(YSK)
Sumber :
Breastfeeding – A Vital Emergency Response
Are You Ready?
http://www.worldbreastfeedingweek.org/images/english_2009actionfolder.pdf