Diare adalah penyakit infeksi yang sering dialami anak dan ditandai dengan konsistensi tinja cair dan muntah. Gejala muntah ini menjadi momok bagi orangtua karena khawatir dehidrasi. Orang tua sering mengeluh anak sulit diberi minum, meski telah dicoba minum sedikit demi sedikit.

Tata laksana utama diare adalah mencegah dan/atau mengatasi dehidrasi. Oralit adalah rekomendasi cairan saat anak diare. Bila asupan oral tidak bisa karena muntah atau dehidrasi berat, anak perlu dipasang nasogastric tube (selang dari hidung ke lambung) atau cairan infus.

Berdasarkan panduan World Health Organization, American Academy of Physician, dan Centers for Disease Control and Prevention, pemberian antimuntah tidak dianjurkan. Beberapa riset terakhir mengkaji pemberian ondansetron sebagai obat antimuntah pada diare akut.

 Kajian Ondansetron pada Diare

Ondansetron adalah antagonis pada reseptor serotonin 5-HT3. Serotonin adalah senyawa kimia pembawa pesan yang terdapat di sistem saraf dan organ pencernaan. Ada tujuh reseptor serotonin. Reseptor serotonin nomor 3 atau dikenal 5-HT3 bersifat merangsang pergerakan usus sehingga memicu terjadinya muntah. Ondansetron bekerja dengan menghambat kerja serotonin di reseptor tersebut. Pada dasarnya, indikasi utama ondansetron adalah mencegah dan mengatasi mual/muntah akibat kemoterapi, radioterapi, dan pasca operasi.

Sebuah survei nasional oleh Kwon KT dkk di Amerika tahun 2002 mengungkapkan 60,9% dokter (dokter anak, dokter spesialis emergensi, dan dokter spesialis emergensi anak) memberikan minimal 1x obat antimuntah pada kasus diare anak. Meski jarang terjadi, efek samping obat antimuntah yang dapat terjadi adalah mengantuk, gejala ekstrapiramidal, halusinasi, dan kejang. Gejala ekstrapiramidal adalah gerakan pada tangan kaki yang tidak disadari dan sulit dikendalikan.

Rekomendasi dari Royal Children’s Hospital Melbourne memaparkan bahwa ondansetron tidak diberikan pada anak usia <6 bulan atau berat <8 kg. Ondansetron hanya diberikan satu kali (dosis tunggal) pada muntah akibat diare akut.

Sebuah studi tahun 2006 pada 215 anak berusia 6 bulan-10 tahun dengan diare akut dehidrasi ringan-sedang menunjukkan risiko muntah dan kebutuhan infus pada anak yang diberikan ondansetron berkurang 60% dan 54%.

Hasil tak jauh berbeda pada studi tahun 2008 menyebutkan sebanyak 106 anak berusia 1-10 tahun dengan diare akut yang gagal rehidrasi oral didapati penurunan risiko muntah dan kebutuhan infus setelah ondansetron sebesar 57% dan 60%.

Studi tahun 2012 mengkaji efektivitas ondansetron dari segi number needed to treat (NNT). Yang dimaksud dengan NNT adalah jumlah orang yang harus dirawat selama suatu periode untuk mencapai suatu hasil (pengobatan) atau untuk mencegah suatu peristiwa. Studi tersebut menunjukkan dari 6 subjek yang diberikan ondansetron, ada 1 subjek yang akhirnya berhasil tidak dipasang infus [NNT=6]; selain itu, ada 1 dari 5 subjek yang berkurang episode muntah [NNT=5].

Studi metanalisis tahun 2016 yang melibatkan 10 riset (total 1215 anak) menunjukkan pemberian ondansetron mengurangi risiko kegagalan rehidrasi oral 50% dan mengurangi risiko rawat inap 47%, dan risiko infus 55%.

Ikatan Dokter Anak Kanada (Canadian Paediatric Society) merekomendasikan bahwa ondansetron perlu dipertimbangkan pada anak diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dan/atau gagal rehidrasi oral. Pemberiannya cukup satu kali. Dosis berulang tidak memberikan efektivitas lebih dan justru berisiko meningkatkan efek samping diare.

The National Institute for Health and Care Excellence (Inggris) berpendapat bahwa ondansetron menurunkan angka kejadian muntah berulang, kebutuhan infus, dan keperluan rawat inap. Di sisi lain, ondansetron berisiko menimbulkan efek samping berupa frekuensi diare lebih sering dan gangguan irama jantung (pemanjangan irama gelombang QT). Hipokalemia dan hipomagnesemia yang bisa terjadi pada diare/muntah perlu dikoreksi terlebih dahulu sebelum ondansetron diberikan. Penggunaan ondansetron belum menjadi panduan di Inggris dan bersifat off label, yang artinya di luar indikasi yang tertulis di label dan disetujui oleh badan/lembaga berwenang.

Kesimpulan

Bila digunakan sesuai pengawasan, efek samping berat dari ondansetron jarang terjadi. Efek samping tersering adalah diare, sedangkan yang bersifat fatal (jarang) adalah gangguan irama jantung. Ondansetron pada kasus diare cukup diberikan satu kali di ruang emergensi. Sifat penggunaannya adalah off label. Keluarga perlu diberi informasi mengenai efek samping yang mungkin dapat terjadi. (felix) 

Referensi

  1. https://www.cps.ca/en/documents/position/oral-ondansetron
  2. https://discover.dc.nihr.ac.uk/content/signal-000374/risks-and-benefits-of-ondansetron-for-children-with-acute-gastroenteritis
  3. https://www.aafp.org/afp/2015/0401/od3.html
  4. https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Gastroenteritis/
  5. Kwon KT. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12462313
  6. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/apt.13728
  7. http://www.thennt.com/nnt/ondansetron-for-pediatric-gastroenteritis/
  8. https://www.nice.org.uk/advice/esuom34/chapter/Key-points-from-the-evidence
Share artikel ini: