Memahami
Kekerasan Oleh Pasangan Intim
IPV (Intimate Partner Violence) adalah tindakan penganiayaan yang terjadi di antara dua orang yang memiliki hubungan sangat dekat. Istilah “pasangan intim” meliputi pasangan suami isteri atau mantan pasangan suami isteri serta pasangan kencan. Kekerasan oleh pasangan intim terjadi dalam suatu rangkaian dari satu kejadian tindak kekerasan hingga penganiayaan secara terus menerus.
IPV meliputi empat macam perilaku:
- Penganiayaan secara fisik adalah bila seseorang menyakiti atau mencoba untuk menyakiti pasangannya dengan memukul, menendang, membakar atau dengan kekuatan fisik lainnya.
- Penganiayaan secara seksual adalah bila terjadi pemaksaan pada pasangan untuk berpartisipasi dalam sebuah kegiatan seksual yang tidak diinginkan.
- Ancaman akan penganiayaan baik secara fisik atau seksual termasuk penggunaan kata-kata, sikap, senjata atau lainnya yang bertujuan untuk mengkomunikasikan keinginan untuk menyakiti.
- Penganiayaan secara emosional adalah ancaman terhadap pasangan atau yang dianggap kepunyaannya atau sesuatu yang disayangi, atau menyakiti harga diri pasangan. Misalnya menguntit, mengatai, mengintimidasi, atau tidak membiarkan pasangan untuk bertemu teman dan keluarganya.
IPV sering kali bermula dari penganiayaan secara emosional. Perilaku ini seringkali berkembang menjadi penyerangan secara fisik maupun seksual. Beberapa jenis IPV dapat terjadi secara bersamaan.
Banyak korban tidak melaporkan terjadinya IPV pada polisi, teman atau keluarga. Korban berpikir orang lain tidak akan mempercayai mereka dan bahwa polisi tidak akan dapat membantu.
- Setiap tahunnya, kaum perempuan mengalami sekitar 4.8 juta tindakan penyerangan dan pemerkosaan yang berhubungan dengan partner intim. Kaum lelaki menjadi korban pada sekitar 2.9 juta penyerangan fisik yang berkaitan dengan partner intim.
- IPV mengakibatkan terjadinya 1.544 kematian pada tahun 2004. Dari sejumlah kematian ini, 25% dari korban ada pria dan 75% adalah perempuan.
- Kerugian akibat IPV diperkirakan sekitar $5,8 juta pada tahun 1995. Bila angka tersebut dihitung dengan nilai dollar pada tahun 2003, maka jumlahnya menjadi lebih dari $8,3 juta. Kerugian ini meliputi harga yang harus dibayar untuk perawatan kesehatan, layanan kesehatan jiwa, dan hilangnya produktivitas (contohnya, waktu tidak masuk kerja).
IPV dapat memperngaruhi kesehatan dalam banyak hal. Semakin lama tindakan penganiayaan tersebut berlangsung, akan makin serius dampaknya bagi si korban.
Banyak korban menderita luka fisik. Beberapa mengalami luka ringan seperti luka sayat, goresan, memar, dan bilur-bilur. Yang lain mengalami luka yang lebih serius dan dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam jangka panjang. Luka seperti ini meliputi patah tulang, pendarahan organ dalam, dan trauma pada kepala.
Tidak semua luka merupakan luka fisik. IPV juga menyebabkan dampak emosional. Para korban sering kali memiliki rasa percaya diri yang sangat rendah. Mereka mengalami kesulitan untuk bisa percaya pada orang lain dan menjalin hubungan. Rasa marah dan stres yang dialami oleh para korban mungkin dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada pola makan dan depresi. Beberapa korban bahkan berpikir dan melakukan tindakan bunuh diri.
IPV juga berhubungan dengan perilaku kesehatan yang tidak baik. Para korban seringkali merokok, mengalami ketergantungan pada alkohol, menggunakan obat-obatan, dan melakukan tindakan seksual yang berisiko.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang akan menyakiti pasangannya. Namun demikian, memiliki faktor risiko ini tidak selalu berarti IPV akan terjadi.
Faktor risiko untuk terjadinya tindakan penganiayaan (menyakiti pasangan):
- Penggunaan obat-obatan atau alkohol, terutama minum hingga mabuk
- Melihat atau menjadi korban kekerasan saat masih anak-anak
- Tidak memiliki pekerjaan, yang dapat menyebabkan timbulnya stres
Catatan: Di atas ini hanya beberapa faktor risiko. Untuk tahu lebih lengkap kunjungi http://www.cdc.gov/injury
Tujuannya adalah untuk menghentikan IPV sebelum terjadi. Strategi yang mengacu pada hubungan kencan yang sehat sangatlah penting. Strategi ini harus menitikberatkan pada kaum muda saat mereka mempelajari ketrampilan untuk membina hubungan. Pendekatan ini dapat membantu mereka yang memiliki risiko menjadi korban atau menjadi pelaku IPV.
Secara tradisional, kelompok perempuan telah menunjukkan kepedulian terhadap IPV dengan mendirikan hotline dan tempat perlindungan untuk perempuan yang mengalami penganiayaan. Namun, baik laki-laki dan perempuan dapat bekerja dengan kaum muda untuk mencegah terjadinya IPV. Orang dewasa dapat membantu mengubah norma-norma sosial, menjadi panutan, membimbing kaum muda, pria dan perempuan dan mengirimkan pesan pada kaum laki-laki dan perempuan muda bahwa kekerasan bukanlah sesuatu yang dapat diterima.
CDC menggunakan pendekatan 4 langkah untuk menghadapi masalah kesehatan masyarakat seperti IPV.
Langkah 1: Kenali masalahnya
Sebelum kita dapat mencegah IPV, kita perlu mengetahui sebesar apa masalah itu, dimana masalah itu terjadi, dan siapa saya yang merasakan dampaknya. CDC mempelajari suatu masalah dengan mengumpulkan dan mempelajari data. Data-data ini sangat penting karena mereka membantu para pembuat keputusan menggunakan sumber daya yang sangat dibutuhkan.
Langkah 2: Kenali faktor risiko dan protektifnya
Tidak cukup hanya mengetahui bahwa IPV memiliki dampak pada orang-orang tertentu di wilayah tertentu. Kita juga perlu tahu kenapa hal itu terjadi. CDC melakukan dan mendukung dilakukannya penelitian untuk menjawab pertanyaan itu. Kita dapat membuat program untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko yang ada.
Langkah 3: Buat dan uji strategi pencegahan
Menggunakan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian, CDC membuat dan mengevaluasi strategi untuk mencegah IPV.
Langkah 4: Pastikan langkah pencegahan itu bisa dilakukan secara luas
Sebagai langkah terakhir, CDC akan membagi strategi pencegahan yang terbaik. CDC juga dapat menyediakan pendanaan atau bantuan teknis sehingga masyarakat dapat memanfaatkan strategi ini.
Untuk melihat daftar kegiatan CDC, liat Preventing Violence Against Women: Program Activities Guide (www.cdc.gov/ncipc/vawguide.htm).
National Domestic Violence Hotline
1-800-799-SAFE (7233), 1-800-787-3224 TTY, atau http://www.ndvh.org
National Coalition Against Domestic Violence
National Sexual Violence Resource Center
Family Violence Prevention Fund
http://www.cdc.gov/ncipc/dvp/ipv_factsheet.pdf
Penerjemah : Winni M