Sekilas mengenai Strep Throat


Strep Throat

1. Apakah Strep throat itu? Apakah bedanya dengan sore throat (radang tenggorokan)?

Strep throat adalah infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes atau yang juga disebut sebagai Streptococcus Group A. Strep throat adalah salah satu contoh radang tenggorokan, namun tidak semua radang tenggorokan merupakan Strep throat.

Sebagian besar radang tenggorokan disebabkan oleh penyebab lain seperti virus, alergi, atau iritasi dari (termasuk dari asap rokok). Strep throat merupakan penyebab dari sekitar 20-35% radang tenggorokan pada anak, terutama usia sekolah (5-15 tahun).

Radang tenggorokan karena virus akan sembuh dengan sendirinya. Radang tenggorokan karena alergi atau iritasi akan sembuh dengan menghindari pencetus alergi atau iritasi. Radang tenggorokan karena bakteri Streptococcus Group A membutuhkan antibiotik.

Jadi jika anak anda dikatakan mengalami radang tenggorokan, tidak berarti ia otomatis butuh antibiotik.

2. Siapa sajakah yang dapat terkena Strep throat?

Umumnya anak usia sekolah (5-15 tahun) dan dewasa muda.

Risiko terkena Strep throat jauh lebih rendah pada anak di bawah tiga tahun. Kalaupun mereka mengalami infeksi tenggorokan oleh Streptococcus Group A, gejalanya biasanya jauh lebih ringan, menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), dan risiko penyakit jantung rematik pun sangat kecil. Karena itu, diagnosis lain seperti ISPA karena virus harus selalu dipertimbangkan untuk anak di bawah 3 tahun yang menunjukkan gejala seperti demam atau pilek dengan lender (ingus) encer atau kental. Streptococcus Group A dapat dipikirkan pada kelompok usia ini jika saudaranya yang lebih tua baru didiagnosis secara meyakinkan (lihat pertanyaan berikut) mengalami Strep throat.

3. Bagaimana Strep throat menular?

Strep throat menular melalui cara yang sama seperti ISPA. Jika seseorang yang mengalami Strep throat bersin atau batuk, droplet yang mengandung bakteri akan tersebar dan dapat menempel di berbagai permukaan termasuk tangan. Jika kemudian tangan tersebut masuk mulut atau hidung, infeksi dapat terjadi. Karena itu, tutuplah bersin menggunakan lipat siku dan cucilah tangan dengan baik.

Masa inkubasi (dari saat bakteri masuk tubuh hingga gejala mulai timbul) adalah sekitar 1-3 hari.

4. Apakah gejala Strep throat? Bagaimana dokter mendiagnosisnya? Bagaimana membedakannya dari radang tenggorokan karena sebab lain?

Gejala Strep throat dapat menyerupai gejala radang tenggorokan karena sebab lain. Anak anda dapat mengalami demam, rasa tidak nyaman di tenggorokan, dan sakit saat menelan. Ia juga dapat mengalami nyeri kepala, mual, muntah, atau nyeri perut.

Beberapa gejala seperti batuk, pilek, mata merah/berair, sariawan, dan diare sangat jarang ditemukan pada Strep throat. Karena itu, jika anak anda mengalami gejala-gejala tersebut, kemungkinan besar radang tenggorokan yang ia alami bukanlah Strep throat.

Saat dokter memeriksa anak anda, ia mungkin melihat tenggorokan dan tonsil (amandel) yang memerah yang dapat disertai adanya nanah, serta merasakan kelenjar getah bening leher bagian depan yang membesar dan nyeri. Kadang juga dapat dilihat bintik-bintik merah di langit-langit mulut,Yang anda perlu ketahui tentang Strep throat anak tekak (uvula, organ yang menjuntai dari langit-langit mulut di antara dua tonsil [amandel]) yang merah dan bengkak, atau ruam merah di kulit yang teraba seperti kertas amplas.

Karena gejala yang kadang menyerupai radang tenggorokan karena penyebab lain, yang terbaik untuk menegakkan diagnosis Strep throat adalah dengan melakukan kultur (menumbuhkan bakteri) dari usap tenggorokan menggunakan semacam cotton swab. Kultur membutuhkan beberapa hari sebelum hasilnya dapat diketahui. Di banyak negara, pemeriksaan yang cepat (rapid test) dengan mendeteksi antigen (protein khas di permukaan bakteri) Streptococcus Group A dapat dilakukan. Sayangnya pemeriksaan ini belum tersedia di Indonesia, yang ada adalah kultur.

Untuk mempermudah diagnosis Strep throat, terutama di negara-negara dengan sumber daya terbatas, dikembangkanlah suatu metode yang disebut Centor score. Metode ini menggunakan beberapa gejala dan temuan pada pemeriksaan untuk menentukan berapa besar kemungkinan seseorang mengalami Strep throat.

Langkah pertama: Menentukan skor total dengan kriteria berikut:

–       Demam > 38 C                                                                       : 1 poin

–       Tidak ada batuk                                                                   : 1 poin

–       Kelenjar getah bening leher yang bengkak dan nyeri  : 1 poin

–       Tonsil (amandel) yang bengkak atau bernanah                      : 1 poin

–       Usia 3-14 tahun                                                                    : 1 poin

–       Usia 15-44 tahun                                                                  : 0 poin

–       Usia ≥ 45 tahun                                                                    : -1 poin

Langkah kedua: Menentukan penanganan berikutnya sesuai skor total:

Skor total Persentase kemungkinan Strep throat* Penanganan yang dianjurkan
0 1-2.5% Tak perlu tes lebih lanjut, tak perlu antibiotik
1 5-10%*
2 11-17% Kultur usap tenggorokan atau rapid antigen test, mulai antibiotik jika tes positif
3 28-35%
≥ 4 51-53% Kultur usap tenggorokan tetap dikirim, tapi antibiotik dapat dimulai berdasar penilaian klinis tanpa menunggu hasil kultur

*Sebagai contoh interpretasi, 5-10 dari 100 orang dengan skor total 1 mungkin mengalami Strep throat

Penting untuk diketahui bahwa pemeriksaan antibodi seperti ASTO (anti streptolysin O) atau anti DNase B tidak digunakan untuk mendiagnosis Strep throat karena levelnya baru akan naik 3-8 minggu setelah infeksi dan dapat bertahan dalam darah selama berbulan-bulan setelah infeksi. Pemeriksaan antibodi hanya dapat mengkonfirmasi infeksi baru jika dilakukan 2 kali (di saat awal sakit [akut] dan sekitar 4 minggu setelahnya [konvalesens]) dengan menunjukkan kenaikan yang bermakna.

5. Mengapa antibiotik dibutuhkan untuk Strep throat? Apakah Strep throat tak dapat sembuh sendiri?

Pada sebagian besar kasus, gejala Strep throat akan membaik dengan dengan sendirinya. Namun antibiotik dibutuhkan untuk mencegah komplikasi jangka pendek, komplikasi jangka panjang, dan penularan pada orang lain. Komplikasi jangka pendek yang dapat terjadi contohnya adalah abses (infeksi yang terkumpul di ‘kantong’) yang terbentuk di sekitar tonsil (amandel) atau dinding tenggorokan. Komplikasi jangka panjang yang dapat dicegah dengan antibiotik adalah penyakit yang disebut acute rheumatic fever (demam rematik akut/penyakit jantung rematik).

6. Jika menunggu hasil kultur, bukankah antibiotik akan terlambat untuk mencegah komplikasi?

Komplikasi yang paling ditakuti dari Strep throat adalah penyakit jantung rematik, Penelitian menunjukkan bahwa antibiotik dapat mencegah komplikasi tersebut selama dimulai dalam sembilan hari sejak gejala mulai muncul. Jadi menunggu hasil kultur tidak akan meningkatkan risiko penyakit jantung rematik.

7. Apa jenis antibiotik yang digunakan?

Penicillin V atau amoxicillin adalah pilihan utama karena efektif, berspektrum sempit sehingga tidak membunuh bakteri lain yang dibutuhkan tubuh, dan murah. Antibiotik ini diberikan melalui mulut selama 10 hari untuk mengoptimalkan efektivitas. Penicillin G juga dapat diberikan, berupa suntikan sebanyak satu dosis. Sejauh ini tidak ada laporan mengenai Streptococcus Group A yang kebal (resisten) terhadap golongan penicillin.

Jika seseorang alergi terhadap penicillin atau amoxicillin, pilihan alternatifnya adalah cephalexin atau cefadroxil (golongan cephalosporin berspektrum sempit), clindamycin, clarithromycin, atau azithromycin. Cephalexin atau cefadroxil tidak boleh diberikan sebagai alternatif penicillin atau amoxicillin jika seseorang memiliki riwayat alergi berat terhadap penicillin atau amoxicillin, karena ada kemungkinan kecil (10%) mereka juga alergi terhadap golongan cephalosporin. Yang dikatakan alergi berat (anafilaksis) adalah sesak napas, biduran seluruh tubuh, kesulitan menelan, nyeri perut yang timbul dalam hitungan detik atau menit setelah mengkonsumsi zat pemicu alergi. Golongan cephalosporin berspektrum luas seperti cefuroxime, cefixime, atau cefdinir tidak dianjurkan karena lebih berisiko menimbulkan kekebalan (resistensi) bakteri terhadap antibiotik. Semua alternatif antibiotik ini juga diberikan selama 10 hari, kecuali azithromycin yang diberikan 5 hari. Perlu diketahui di Amerika Serikat ada 1% kemungkinan Streptococcus Group A resisten terhadap clindamycin, dan 5-8% resisten terhadap clarithromycin atau azithromycin.

Beberapa antibiotik seperti tetracycline, cotrimoxazole, ciprofloxacin, atau levofloxacin sangat tidak dianjurkan untuk pengobatan Strep throat karena kurangnya efektivitas, resistensi bakteri, dan/atau risiko terbentuknya resistensi.

8. Saya pernah mendengar bahwa anak teman saya mengalami ruam merah di sekujur tubuhnya setelah minum amoxicillin untuk Strep throat. Apakah itu berarti alergi amoxicillin?

Kemungkinan besar bukan. Seperti yang telah dijelaskan, sebagian besar radang tenggorokan bukan disebabkan oleh Strep throat, melainkan virus. Jika antibiotik diberikan pada radang tenggorokan yang disebabkan virus seperti Epstein Barr Virus (EBV), reaksi sementara yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti dapat menimbulkan ruam merah di sekujur tubuh. Hal ini tidak berarti bahwa individu tersebut akan menjadi alergi terhadap amoxicillin. Setelah infeksi virus tersebut berlalu, amoxicillin tetap dapat diberikan jika dibutuhkan.

9. Kapan anak saya dapat kembali masuk sekolah?

Salah satu tujuan pemberian antibiotik pada Strep throat adalah mengurangi risiko penularan. Setelah 24 jam seorang anak memperoleh antibiotik, ia dapat kembali bersekolah.

10. Apa yang dapat saya lakukan di rumah untuk anak saya yang mengalami Strep throat?

Jika anak anda merasa sangat tidak nyaman, paracetamol dapat diberikan. Berikan minum yang sering untuk menjaga tenggorokan tetap lembab dan mempermudah menelan. Berikan makanan yang lembut, hindari makanan asam atau pedas. Makanan dingin seperti es krim atau sorbet dapat diberikan. Jika anak anda sudah dapat mengerti, ia dapat diajari untuk berkumur dengan air garam (1/4-1/2 sendok the garam dalam 1 gelas [250 ml] air hangat). Hindari sedapat mungkin pemakaian AC karena AC membuat udara kering; humidifier dapat membantu melembabkan udara. Pastikan anak anda cukup istirahat.

11. Apakah seseorang dapat terkena Strep throat lebih dari sekali?

Ya. Streptococcus Group A terdiri atas lebih dari 100 tipe (yang disebut M protein serotypes). Jika mengalami infeksi oleh Streptococcus Group A, tubuh akan membentuk antibodi spesifik terhadap M protein Streptococcus Group A tipe tersebut, sehingga jika tipe lain menyerang di kemudian hari, tubuh belum memiliki pertahanan terhadap tipe yang baru.

12. Saya pernah mendengar bahwa ada anak yang kultur usap tenggorokannya positif dengan Streptococcus Group A walaupun ia tidak menunjukkan gejala Strep throat. Apakah artinya? Apakah ini berbahaya untuk si anak maupun orang sekitarnya?

Selain menyebabkan infeksi, ada kalanya Streptococcus Group A dapat ‘menghuni’ tenggorokan seseorang dalam waktu lama tanpa menimbulkan penyakit. Kondisi ini disebut “carrier state”, dan orang yang mengalaminya disebut “carrier”. Anak yang merupakan carrier Streptococcus Group A tidak mengalami peningkatan risiko penyakit jantung rematik atau komplikasi lain karena carrier state tidak memicu respon sistem kekebalan tubuh. Selain itu, risiko pemindahan bakteri ke individu lain juga sangat kecil.

Karena itu kultur usap tenggorokan tidak dianjurkan kecuali jika ada kecurigaan Strep throat dari gejala klinis. Kondisi ini tidak membutuhkan antibiotik kecuali pada beberapa kasus khusus.

13. Apakah tonsilektomi (pengangkatan amandel) diperlukan pada Strep throat berulang?

Pada sebagian besar anak yang mengalami Strep throat berulang, frekuensi Strep throat akan berkurang seiring bertambahnya usia. Tonsilektomi (pengangkatan amandel) hanya mungkin diperlukan pada anak dengan Strep throat berulang lebih dari enam kali per tahun yang setiap episodenya selalu berat dan frekuensinya tidak berkurang seiring bertambahnya usia. Penting diingat bahwa tonsilektomi adalah prosedur operasi yang tentunya memiliki risiko sendiri, termasuk perdarahan, infeksi, dan kematian. Karena itu keputusan untuk melakukan tonsilektomi seharusnya dipikirkan dengan sangat hati-hati.

Disarikan dari berbagai sumber oleh dr. Nurul I. Hariadi, FAAP

1. Shaikh N, Leonard E, Martin JM. Prevalence of Streptococcal Pharyngitis and Streptococcal Carriage in Children: A Meta-analysis. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/content/126/3/e557.long

2. Shulman ST, et al. Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Management of Group A Streptococcal Pharyngitis: 2012 Update by the Infectious Diseases Society of America. Available from:

http://www.uphs.upenn.edu/bugdrug/antibiotic_manual/grpastrepidsa.pdf

3. Choby BA. Diagnosis and Treatment of Streptococcal Pharyngitis. Available from:

http://www.aafp.org/afp/2009/0301/p383.html

4. McIsaac WJ, White D, Tannenbaum D, Low DE. A clinical score to reduce unnecessary antibiotic use in patients with sore throat. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1228750/pdf/cmaj_158_1_75.pdf

5. Chovel-Sella A, et al. Incidence of Rash After Amoxicillin Treatment in Children With Infectious Mononucleosis. Available from: http://pediatrics.aappublications.org/content/131/5/e1424.full.pdf

Share artikel ini: