Apa itu infeksi nosokomial?

Infeksi nosokomial atau infeksi terkait perawatan kesehatan (healthcare-associated infection= HAI) adalah infeksi yang muncul saat pasien sedang dalam perawatan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain, yang tidak terjadi saat pertama kali pasien dirawat. Infeksi ini dapat terjadi selama perawatan (terhadap penyakit lain) berlangsung, bahkan setelah pasien meninggalkan fasilitas kesehatan tersebut.

Menurut hasil penelitian yang diadakan WHO di 14 negara di dunia, sekitar 8,7% pasien rawat inap mengalami infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial dapat terjadi baik di negara yang sedang berkembang maupun negara maju. Terinfeksi kuman nosokomial berarti memperpanjang waktu perawatan di fasilitas kesehatan, dapat mengakibatkan disabilitas dan tentu saja meningkatkan biaya perawatan serta angka mortalitas (kematian).

Tipe infeksi nosokomial

  1. CLABSI (central line-associated bloodstream infection): infeksi dalam aliran darah yang berhubungan dengan penggunaan kateter dalam pembuluh darah yang digunakan untuk jangka waktu lama. Infeksi biasanya bisa muncul setelah 48 jam rawat inap.
  2. CAUTI (catheter associated urinary tract infection) : infeksi saluran perkemihan yang berhubungan dengan pemasangan kateter. Terjadi karena kurang sempurnanya proses drainase pada kateter, sehingga ada sisa urine yang berakibat meningkatkan jumlah bakteri normal dalam salauran perkemihan.
  3. SSI (surgical site infection) : infeksi pada luka operasi, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus , berakibat memperpanjang waktu rawat inap dan meningkatkan risiko kematian.
  4. VAP (ventilator associated pneumonia) : pneumonia (radang paru-paru) yang berhubungan dengan ventilator, terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator untuk membantu pernafasan.

Apa itu kuman nosokomial?

Kuman nosokomial adalah mikroorganisme yang menyebabkan terjadi infeksi nosokomial yaitu bakteri, virus atau jamur. Keberadaan masing-masing kuman tersebut bervariasi, tergantung jumlah populasi kuman di masing-masing fasilitas kesehatan.

Beberapa bakteri yang umumnya menyebabkan infeksi nosokomial adalah Acinetobacter sp. , Bacteroides fragilis , Clostridium difficile , Klebsiella sp., Escherichia coli dan Methicillin-resistant S.aureus (MRSA).

Beberapa virus yang umumnya menyebabkan infeksi nosokomial adalah virus hepatitis, influenza, HIV, rotavirus dan virus herpes-simplex.

Beberapa jamur yang umumnya menyebabkan infeksi nosokomial adalah Aspergillus spp., Candida albicans, dan Cryptococcus neoformans.

Siapa saja yang berisiko mengalami infeksi nosokomial?

Semua orang yang berada di lingkungan Rumah Sakit (RS) atau fasilitas kesehatan berisiko mengalami infeksi nosokomial, termasuk para tenaga kesehatan.

Faktor yang menentukan risiko terinfeksi antara lain tingkat keparahan penyakit, kondisi imunitas tubuh pasien dan atau jangka waktu rawat inap. Risiko tinggi juga dialami pasien yang menggunakan alat-alat bantu kesehatan invasif seperti kateter, NGT ataupun ventilator.

Dari mana datangnya dan bagaimana kuman nosokomial ditularkan?

Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari dalam pasien (endogen) dan luar pasien (eksogen).

Sumber endogen meliputi mikroorganisme, dalam kondisi normal, menghuni bagian-bagian tubu seperti saluran pencernaan, saluran pernafasan atau saluran perkemihan dan kelamin. Sumber eksogen meliputi hal-hal di luar tubuh pasien seperti pengunjung, tenaga kesehatan, peralatan kesehatan yang dipakai, dan lingkungan fasilitas kesehatan (udara, air, makanan, termasuk juga sampah RS).

Kuman nosokomial yang berasal dari mikroflora pasien dapat menyebabkan infeksi bila masuk ke luka jaringan atau bekas luka operasi. Penularan kuman bisa pula terjadi dari pasien yang terinfeksi dari pasien lain melalui kontak langsung, atau melibatkan tenaga kesehatan sebagai perantaranya atau terbawa oleh udara, air, makanan atau peralatan lainnya.

Bagaimana mencegah terjadi infeksi nosokomial?

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadi infeksi nosokomial selama rawat inap di fasilitas kesehatan:

  1. Menempatkan satu pasien dalam satu ruangan, atau memberi jarak minimal 3 kaki antar tempat tidur pasien, atau menempatkan pasien dengan penyakit serupa di ruang yang sama.
  2. Menggunakan masker, pakaian khusus, sarung tangan dan mencuci tangan sebelum dan sesudah masuk ke ruangan pasien.
  3. Menghindari penggunaan kateter yang tidak diperlukan, mencabut kateter sesegera mungkin bila tidak diperlukan lagi, memasang kateter secara aseptik dan meminimalkan manipulasi kateter yang telah terpasang.
  4. Edukasi tenaga kesehatan tentang prosedur-prosedur untuk mengendalikan infeksi nosokomial.
  5. Menjaga kebersihan pribadi (cuci tangan) dan lingkungan fasilitas kesehatan.(syl )

Sumber:

https://www.sciencedirect.com

https://emedicine.medscape.com

Share artikel ini: