Definisi

Tongue tie (ankyloglossia) adalah suatu kondisi dimana dasar lidah
melekat pada dasar mulut melalui frenulum (tali lidah) yang tebal, kencang,
atau pendek yang menyebabkan gerakan lidah menjadi sangat terbatas. Tongue tie
sering kita kenal sebagai tali lidah pendek, meskipun istilah tersebut kurang
tepat. Tounge tie memiliki bentuk dan derajat yang bervariasi. Frenulum adalah
suatu lipatan mukosa yang menghubungkan bagian bawah lidah dan dasar mulut.
Anatomi frenulum juga sangat bervariasi. Pada tongue tie, frenulum biasanya
tebal, kencang, atau pendek dan bisa menempel hingga ujung lidah.

Gambar 1. Ilustrasi Anatomi Lidah

Gambar 2. Kondisi Frenulum Pada Tongue Tie

Prevalensi (Angka Kejadian)

Tongue tie ditemukan 3-4% pada bayi. Data lain melaporkan prevalensi tongue
tie 10,7%. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 1,5 : 1.

Penyebab

Penyebab tongue tie secara pasti belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
mempengaruhi terjadinya tongue tie.

Tipe Tongue Tie

Tongue tie diklasifikasikan menjadi 4 tipe, berdasarkan perlekatan
frenulum di ujung lidah :

Tipe 1 : frenulum terikat (menempel) hingga ujung lidah.

Tipe 2 : frenulum terikat 2 – 4 mm di belakang ujung lidah.

Tipe 3 : frenulum terikat di tengah lidah dan biasanya kencang dan kurang elastis.

Tipe 4 : frenulum terikat di pangkal lidah, namun tebal dan tidak elastis.

Tipe 1 dan 2 merupakan kondisi tongue tie yang dapat dengan jelas terlihat
dan kemungkinan mencakup 75% dari kasus tongue tie. Sedangkan tipe 3 dan 4 sulit
divisualisasi dan biasanya tidak memerlukan terapi.

Gambar 3. Lidah Normal

Gambar 4. Tongue tie tipe 1-2

Gambar 5. Tongue tie tipe 3-4

Gejala dan Tanda

Sebagian besar tongue tie tidak menyebabkan masalah pada ibu dan bayi. Pada
sebagian kecil kasus dapat menimbulkan masalah menyusui seperti :

* Bayi rewel atau irritable, bahkan setelah menyusui masih tetap rewel.
* Bayi kesulitan mempertahankan hisapan saat menyusu. Bayi dapat dengan mudah
merasa lelah, sehingga berhenti menyusu setelah 1-2 menit. Kadang bayi juga
lebih sering tidur sebelum kenyang.
* Kenaikan berat badan yang kurang (poor weight gain) atau berat badan turun.
* Masalah perlekatan bayi pada payudara (problem latching on).

Ibu dapat mengeluhkan rasa nyeri pada payudara dan merasa frustasi. Perlu diingat
bahwa masalah menyusui di atas bukan monopoli tounge tie, banyak kondisi medis
dan psikologis yang dapat menyebabkan masalah menyusui seperti di atas.

Diagnosis

Diagnosis tongue tie tidaklah mudah. Penampakan/gambaran lidah saja tidak cukup
untuk mendiagnosis tongue tie karena anatomi frenulum sangat bervariasi. Perlekatan
frenulum dapat meluas hingga ke ujung lidah. Selain itu ketebalan dan elastisitas
frenulum juga bervariasi, demikian juga pengaruhnya pada gerakan lidah. Frenulum
yang tebal, kencang, atau pendek memang dapat mempengaruhi gerakan lidah, namun
banyak faktor yang menentukan elastisitas gerakan lidah seperti peran otot-otot
intrinsik dan ekstrinsik lidah. Oleh karena itu sebagian besar ahli sepakat
bahwa fungsional lebih penting dari pada bentuk anatomi dalam mendiagnosis tongue
tie atau bukan.

Diagnosis tongue tie juga cukup menantang karena gejala tongue tie menyerupai
kondisi lain yang dapat menyebabkan gangguan menyusui, baik medis maupun non
medis. Para ahli sepakat, diagnosis tongue tie sebaiknya berdasarkan evaluasi
yang komprehensif termasuk observasi dan analisis problem menyusui. Diagnosis
sebaiknya tidak hanya berdasarkan gambaran kelainan anatomi lidah untuk menghindari
kesalahan diagnosis dan terapi. Para ahli juga tidak menganjurkan secara aktif
mencari-cari tongue tie pada pemeriksaan rutin bayi. Ketika ibu mengeluhkan
masalah menyusui (difficulty in breast feeding), tongue tie perlu dipikirkan
sebagai salah satu penyebabnya.

Dampak Tongue Tie Bagi Ibu dan Bayi

Kondisi tongue tie sering dikaitkan dengan gangguan menyusui seperti puting
payudara nyeri, puting payudara lecet, dan kesulitan perlekatan (latching on)
saat menyusui. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan ibu menghentikan proses
menyusui, kenaikan berat badan bayi yang kurang, dan bahkan bayi mengalami dehidrasi.

Nyeri pada payudara adalah masalah yang cukup sering dikeluhkan akibat tongue
tie, namun nyeri juga dapat disebabkan oleh perlekatan yang kurang baik dan
infeksi.

Hogan dkk melaporkan bahwa lebih dari 50% bayi-bayi tongue tie tidak mempunyai
masalah dalam menyusu. Pada penelitian tersebut tidak menunjukkan adanya hubungan
antara beratnya tongue tie dengan kesulitan menyusu. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan oleh perbaikan sedikit saja dalam hal perlekatan sudah dapat mengurangi
nyeri dan memperbaiki problem menyusui pada bayi tongue tie.

Ricke dkk juga melaporkan sekitar 80% bayi baru lahir yang didiagnosis tongue
tie berhasil menyusu dengan baik dalam 1 minggu. Masalah lain akibat tongue
tie adalah kemungkinan adanya gangguan bicara. Namun dari berbagai studi yang
telah dilakukan, gangguan bicara sulit dibuktikan karena kurangnya data mengenai
populasi, pola gangguan, dan kriteria inklusi dalam studi tersebut. Saat ini
belum ada bukti yang kuat untuk melakukan frenotomi (pemotongan tounge tie)
dengan indikasi gangguan bicara pada bayi tongue tie.

Terapi

Sebagian besar bayi atau anak dengan tongue tie tidak memerlukan pengobatan.
Apabila anak anda mengalami tongue tie dan tidak ada keluhan dalam pemberian
ASI, anda dapat mengobservasi anak (just wait and see) karena frenulum dapat
teregang dan menjadi lentur dengan sendirinya. Apabila terdapat problem menyusui,
perlu dilakukan evaluasi yang komprehesif oleh dokter anak. Terapi problem menyusui
pada bayi tongue tie terdiri dari non-bedah dan bedah.

Terapi non-bedah

Terapi non-bedah adalah upaya perbaikan proses menyusui seperti perbaikan posisi
dan perlekatan. Anda sebaiknya konsultasi dengan konselor laktasi untuk membantu
proses menyusui. Diperlukan kerja sama yang baik antara anda, konselor laktasi
dan dokter anak untuk keberhasilan terapi.

Terapi bedah (frenotomi/frenulotomi)

Frenotomi adalah tindakan pemotongan (insisi) frenulum yang terletak di bawah
lidah. Frenotomi merupakan prosedur bedah kecil (minor) yang berisiko rendah
dan dapat dilakukan tanpa anestesi. Pembuluh darah vena lidah (lingual vein)
yang terletak di sisi samping dari garis tengah lidah memungkinkan terjadinya
perdarahan signifikan jika frenotomi tidak dilakukan secara profesional, namun
efek samping yang serius belum pernah dilaporkan. Pada anak yang lebih besar,
prosedur frenotomi memerlukan pembiusan dan kadang-kadang memerlukan frenuloplasty,
yang kadang berisiko terjadinya jaringan parut (scarring) atau keloid.

Dari berbagai studi yang dilakukan, tindakan frenotomi terbukti efektif mengurangi
keluhan nyeri pada ibu dan memperbaiki proses menyusu. Meskipun demikian belum
ada penelitian yang dilakukan secara tersamar.

Frenotomi yang dilakukan pada anak besar dapat memperbaiki artikulasi (kefasihan
bicara) secara nyata pada sebagian kecil kasus, sedangkan sisanya menunjukkan
perbaikan yang ringan – sedang. Sering kali anak yang mendapatkan tindakan
frenotomi masih memerlukan terapi bicara untuk memperbaiki artikulasinya.

Keputusan untuk melakukan frenotomi sebaiknya dikaji dengan baik dengan mempertimbangkan
rasio risiko dan manfaatnya (risk and benefit). Tindakan frenotomi sebetulnya
jarang diperlukan karena sebagian besar kasus tongue tie dapat ditangani dengan
terapi non-bedah. Menurut Hogan dkk, diperkirakan hanya sekitar 3% bayi tongue
tie yang memerlukan frenotomi. Selain itu keberhasilan tindakan frenotomi juga
sulit dinilai. Jika tindakan dilakukan terlalu dini, terdapat kemungkinan bias
bahwa perbaikan proses menyusi bisa dikaitkan dengan keberhasilan tindakan tersebut.
Padahal efisiensi dalam menyusui dapat membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

Sumber

1. D M B Hall, M J Renfrew. Tongue Tie. Arch Dis Child 2005;90:1211-1215.
2. Newborn Tongue Tie : Prevalence and Effect on Breast-Feeding. http://ww.jabfp.org
3. Congenital Tongue-tie and Its Impact On Breastfeeding. American Academy of
Pediatrics

Share artikel ini: